Drama ini di buka dengan dua anak kecil sebagai mempelai pengantin cilik. Kedua nya tersenyum dengan ceria di ikuti oleh mempelai pengantinnya.
Mae Ri berjalan bersama dengan pengantin pria nya tanpa alas kaki. Mae Ri tersenyum melihat pengantin pria nya, tapi wajah pengantin pria nya tertutup oleh cahaya matahari. Mae Ri melihat kedua temannya dan tersenyum senang, para tamu pun terlihat senang. Hingga datang lah ayah Mae Ri. “Tidak. Berhenti ! “ teriak ayah Mae Ri sambil membawa seorang pria misterius. Mae Ri menoleh ke sumber suara.
Ayah Mae Ri langsung melepaskan tangan Mae Ri yang memegang buket bunga dan memaksa tangan Mae Ri untuk menggenggam tangan pria misterius itu. Mae Ri ingin melepaskan tangannya tapi tangan pria itu tidak mau melepaskannya. Mae Ri melihat pengantin pria nya, meminta pertolongan, tapi pengantin prianya hanya melihat ke depan saja.
Mae Ri melihat kembali ke pria misterius itu. Mae Ri sangat terkejut melihat kepala pria itu memutar. Mae Ri berteriak. Suasana pernikahan yang ceria pun berubah menjadi menyeramkan. Mae Ri masih berusaha melepaskan tangannya dari pria misterius sambil terus memeluk lengan pengantin prianya. Fotografer siap untuk memfoto mereka. Dengan terpaksa Mae Ri tersenyum.
Wi Mae Ri sibuk mondar mandir melihat barang-barangnya di sita. Mae Ri duduk di sofa dengan pasrah sambil melihat semua barang yang di sita. Akhirnya sofa itu pun di sita juga. Setekah selesai, Mae Ri melihat semua barang nya yang telah di sita dari jendela. Mae Ri melambaikan tangan dan berkata “Ahjusshi,, hati-hati di jalan”. Mae Ri menutup jendela dan masuk ke rumah Mae Ri menghela nafas melihat rumahnya yang kosong.
Mae Ri terduduk lemas di lantai dan berdiam sebentar sambil menutup mata. “Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Lima.. Enam.. Tujuh.. Delapan.. Sembilan.. Sepuluh..” Hitung Mae Ri sambil menutup mata. Dan ketika sampai di hitungan sepuluh, Mae Ri membuka matanya dengan berkata dengan ceria “Wahhh… Ini bagus.. banyak ruang kosong.. Aku bisa bermain bola di sini..”.
Mae Ri keluar rumah dengan mengendap-endap. Mae Ri membawa koper besarnya kembali. Mae Ri menekan bel dan memanggil “Ahjumma…”. Pintu pun terbuka. Ternyata Mae Ri ingin mengambil tv yang sempat ia sembunyikan.
Di rumah, Mae Ri mengeluarkan semua isi yang ada di dalam koper nya sambil menonton tv. “Wahh itu Seo Joon. Dia sangat cantik. Apa dia tidak bermain drama lagi? Dia beracting dengan bagus” kata Mae Ri bicara sendiri saat menonton tv. Mae Ri melihat buku-buku nya dan bertanya kapan ia bisa kembali sekolah dan berharap bisa kembali sekolah. Mae Ri bingung bagaimana membereskan semuanya. Akhirnya Mae Ri memutuskan untuk makan dulu. Mae Ri sudah ingin membuka mie instannya, tapi ia melihat masih ada sisa makanan dan sekarang ia tidak punya lemari es untuk menyimpan makanannya. Mae Ri pun menggabungkan semua bahan makanan nya menjadi satu dan memakannya sambil nonton tv.
Sementara itu d Tokyo, Jepang.
Seorang pria tua, Jung Suk sedang melihat foto Mae Ri. Kemudian beralih melihat tv yang menayangkan audisi menjadi penyanyi.
Seorang penyanyi muda sedang mengikuti audisi sambil bergaya. Setelah selesai gadis itu berkata akan berusaha lebih keras lagi. Para juri terlihat gembira kecuali Jung In. Jung In bilang tidak perlu berusaha lagi, jika dia tidak punya talenta maka usahanya pun akan sia-sia. Para juri kebingungan.
“President. Saya sangat minta maaf. Semua sudah saya kerahkan di Korea. Tapi semua masih belum bisa menemukan lokasi perumahan itu. Ini terlihat akan lebih sulit. Saya minta maaf, tolong maafkan saya” kata salah satu pegawai Jung Suk. Jung Suk melihatnya dengan sedikit kesal sambil menutup kembali samurainya. Ketiga anak buahnya melihat dengan ngeri.
Tiba-tiba Jung In datang dan masuk keruangan Jung Suk. Jung In tanya apa ayah nya sudah membaca proposal yang ia ajukan. Jung Suk mengeluarkan proposal itu. “Memproduksi sebuah drama sangat beresiko. Jika drama itu berhasil maka keuntungan yang di peroleh akan sangat baik, tapi jika tidak berjasil maka semua yang dilakukan akan sia-sia” kata Jung Suk. “Aku tidak akan mengecewakanmu ayah” kata Jung In meyakinkan.
“Investasi ini akan terjadi, jika dalam satu kondisi. Jika seorang pria ingin bekerja, maka yang pertama ia butuhkan adalah menegakkan kepala nya. Dia perlu melakukannya agar menjadi pria seutuhnya. Laki-laki yang sudah menikah dan punya keluarga adalah pria sejati. Pria yang mampu melaksanakan tugas yang besar. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah bisa saya lakukan. Jadi saya berharap kamu bisa melakukannya seperti seorang pria besar” kata Jung Suk sambil menuliskan huruf kanji. “Saya mengerti ayah” jawab Jung In.
Mae Ri sedang menonton tv, tiba-tiba ada seseorang yang ingin masuk. Mae Ri langsung ke pintu dan ingin menutupnya. Akhirnya ayah Mae Ri bisa membuka pintu, Mae Ri senang melihat ayahnya.
Dae Han langsung makan dengan lahap. Mae Ri memberikan air minum pada ayahnya. “Ahhh.. ayahku yang malang..” kata Mae Ri sedih. “Mae Ri yaah,, aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Aku sudah lelah” kata Dae Han putus asa. “Itu betul. Itu lah sebabnya mengapa aku menyuruh ayah untuk berhenti melakukannya. Berhentilah berbisnis. Berhentilah terlalu percaya pada orang karna kau hanya akan tertipu” kata Mae Ri. “Mae Ri yaah.. apa yang harus ayahmu lakukan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Dae Han setengah putus asa. “Tidak apa ayah. Kita bisa mulai sekarang. Kita bisa mengumpulkan uang yang banyak bersama-sama dan kita bisa membayar semua hutang kita” kata Mae Ri optimis.
“Kau tau sebanyak apa itu? Lebih dari 100juta won. Kapan kita bisa membayar semuanya?” tanya Dae Han pesimis. “Itu lah yang salah padamu ayah. Ini yang membuat semua nya jadi tambah kacau karna kau hanya mencoba sekali untuk menangani semuanya sekaligus” teriak Mae Ri kesal. Tiba-tiba terdengar teriakkan dari pintu, “Wi Dae Han.. Keluar lah.. Kau ada di dalam rumah bukan…”. Mae Ri dan ayahnya langsung berhenti dan menatap ke pintu. Mae Ri langsung mematikan lampu dan mengambil selimut. Mae Ri dan ayahnya bersembunyi. Dae Han mematikan tv dan sembunyi lagi. Mae Ri menghela nafas lalu terlihat ada ide.
Mae Ri keluar dengan rambut agak berantakan. Mae Ri pura-pura tanya siapa mereka. 2 Pria itu langsung bertanya di mana ayah Mae Ri, karna dia kabur mambawa uang mereka. “Laki-laki itu.. bukan ayahku” kata Mae Ri. “Apa yang kau bicarakan?” tanya salah satu pria. “Ibu ku menikahi laki-laki itu. Jadi tidak ada hubungan darah antara kami. “Apa itu banar?” tanya nya lagi. “Yaa. Itu benar dan aku tumbuh bersama dengan binatang itu. Dan besok adalah memorial ibuku. Ini sangat menjengkelkan” kata Mae Ri kesal.
“Mengapa dia menyakitiku meskipun dia bukan ayah kandung ku?” kata Mae Ri pura-pura sedih. 2 pria itu pun ikut sedih mendengar cerita Mae Ri. “Dimana bajingan itu sekarang? Aku juga jadi korbannya. Dia kabur membawa semua tabunganku. Aku juga orang yang perlu memberikan tanganku pada nya!” kata Mae Ri teriak. “Jika kalian menemukannya tolong beritaukan ku.” Kata Mae Ri. “Tentu. Kau terlihat sangat menderita dengan dirimu sendiri” kata salah satu pria itu. Mereka pun pergi.
Mae Ri masuk dan menghampiri ayahnya, dia senang bisa mengusir 2 orang pria tadi. Dae Han pun tertawa senang. Tapi sayang, Mae Ri tidak menutup pintu dengan rapat. Pria tadi berbalik kembali dan melihat Dae Han. Mae Ri langsung berusaha menutup rapat pintunya. Mae Ri dan ayahnya bingung. Akhirnya Mae Ri membuka jendela dan menyuruh ayahnya kabur dari jendela saja. Dae Han takut tapi Mae Ri meyakinkan ayahnya pasti bisa melakukannya.
Dae Han sudah sampai di sebarang gedung, tapi kedua pria itu langsung mengenalinya dan mengejar Dae Han. Dae Han terus berlari.
Mae Ri sedang nonton tv dengan lesu dan sedih. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan malas Mae Ri mengambil ponselnya. Ternyata dari temannya, So Ra yang ingin mengajak Mae Ri keluar bersama. Mae Ri menolak ajakan So Ra. “Benar kah Ji Hye mabuk?” tanya Mae Ri kaget.
Ji Hye meberikan 20.000 won pada Mae Ri karna Mae Ri mau membawa mobil Ji Hye. “Benar. Daripada memanggil taksi lebih baik kau menelv ku saja. Aku akan memberikan setengah harga. “Yaah.. Wi Mae Ri.. kau sangat berubah sejak tahun lalu." kata Ji Hye. “Aku tidak ada pilihan. Aku membutuhkan banyak uang jika ingin sekolah lagi tahun depan" jawab Mae Ri.
“Mae Ri yah.. kau tidak mau lagi pergi bersama kami karna kau tidak ingin menghabiskan uang?” tanya So Ra. Mae Ri membenarkan. “Baiklah.. karna kita sudah pergi seperti ini, mari kita bersenang-senang. Huh?” ajak So Ra. “Baiklah.. karna aku sudah menerima uang mu, maka aku akan ikut pergi” jawab Mae Ri. Ji Hye mengingatkan agar Mae Ri tidak minum karna Mae Ri lah yang akan menyetir. Mae Ri mengerti. Mae Ri tanya kemana mereka akan pergi? Ji Hye mengususlkan agar mereka pergi ke Hong Dae saja. Mae Ri dan So Ra pun setuju. Mereka pergi dengan riang.
Seorang pria tampan sedang berjalan dengan gitarnya. Yaps.. that’s Mu Gyul.
Mae Ri sudah sampai di Hongdae, tapi tidak dapat menemukann club nya. Karna tidak begitu mengenal sekitar Hongdae, Mae Ri tanya mereka akan kemana. So Ra mengususlkan agar jalan-jalan saja dulu sampai ketemu dengan club nya. Ji Hye pun setuju. Mae Ri masih sibuk celingak celinguk sehingga tidak memperhatikan jalan dan tiba-tiba Mae Ri langsung berteriak. Mae Ri merasa menabrak. Ji Hye dan So Ra panik.
Mae Ri keluar mobil untuk memastikan nya. Dan ternyata Mae Ri menabrak seorang pria. Mae Ri mencoba mendekati pria itu dan mengguncangkan sedikit badan pria itu. Perlahan pria itu mulai bangun. Ternyata itu Mu Gyul. Mu Gyul dan Mae Ri sama-sama terpana satu sama lain. Mu Gyul melihat tangan nya berdarah, perlahan dia menjilatinya. Mae Ri lumayan kaget melihat ada darah di tangan Mu Gyul. Mu Gyul bilang dia baik-baik saja. Mu Gyul pun bangkit dan jalan lagi.
Ji Hye dan So Ra langsung keluar. So Ra tanya apa yang dikatakan pria itu. Mae Ri bilang kalo pria itu baik-baik saja. Ji Hye menebak Mu Gyul tunawisma. Mu Gyul berbalik dan jalan lagi. “Haa.. dia tampan. Bunga pria tunawisma dari Hongdae” kata So Ra yang langsung terpana melihat Mu Gyul.
Mae Ri sangat takut akan terjadi sesuatu yang tidak enak karna sudah menabrak Mu Gyul. Ji Hye merasa takut dan khawatir juga. Ji Hye mengira Mu Gyul berbalik untuk memastikan no polisi mobilnya. Ji Hye juga merasa Mu Gyul seperti seorang penipu. Ji Hye takut jika Mu Gyul berpura-pura dan akan memerasnya nanti. Mae Ri pun merasa khawatir juga. Ji Hye langsung melimpahkan semua nya ke Mae Ri. Karna Mae Ri lah yang menyetir mobilnya. “Berarti aku yang harus membayar semua nya?” tanya Mae Ri polos. Ji Hye mengangguk. So Ra pun membuat Mae Ri tambah panik. Mae Ri pun langsung mengejar Moo Kyul.
Mae Ri terus berusaha mendekat, tapi saat itu jalanan sangat ramai. Sampai pada gang yang agak kecil, Mae Ri kehilangan Mu Gyul. Ada sebuah pintu di sana dan ada 2 orang wanita masuk ke sana. Mae Ri pun mengira Mu Gyul masuk ke pintu itu juga, maka Mae Ri pun masuk.
Ada pertunjukan band. Daaann.. that’s Mu Gyul.
Mae Ri masuk dan melihat sebuah pertunjukan band. Mae Ri terus mendekat dan mengenali vokalis itu adalah pria yang ia cari. Mu Gyul menunjukan performance yang sangat bagus. Dari salah satu penonton ada seorang wanita bertopi yang terus mengamati Mu Gyul.
Mae Ri makin mendekat dan mulai berteriak. Mae Ri melompat-lompat dan mengenai kaki wanita bertopi itu. Mae Ri langsung mnta maaf dan melihat wajah wanita itu. “Apa kau itu Seo Joon sang aktris?” tanya Mae Ri. Wanita itu melihat Mae Ri dengan tidaksenang. Mae Ri minta maaf karna mungkin dia salah orang. Wanita itu merasa terusik, akhirnya dia pun pergi. Mae Ri masih melihat wanita itu dan merasa dia benar.
Mae Ri menganggumi pertunjukan Mu Gyul. Tiba-tiba ponsel Mae Ri berdering. Ternyata dari So Ra yang menanyakan keadaan pria tunawisma tadi. Mae Ri mengatakan pria itu baik-baik saja. Mae Ri sudah mau pergi saja, tapi dia berbalik lagi dan memotren Mu Gyul sebagai bukti. Setelah memotret Mae Ri berteriak-teriak karna terlalu berisik.
Setelah pertunjukkan selesai. Mu Gyul sudah membersihkan wajahnya. Dan dari lorong terlihat wanita bertopi tadi melihat Mu Gyul. Para fans Mu Gyul sudah menunggu, termasuk Mae Ri yang ikut menunggu. Mae Ri memastikan dia tidak salah tempat untuk melihat vokalis band tadi. Tiba-tiba Mu Gyul datang dan para wanita fans tadi langsung mendekati Mu Gyul. Mereka berbaris untuk di peluk Mu Gyul. Mae Ri masih saja berteriak untuk memastikan keadaan Mu Gyul. Sampai di Mae Ri, Mae Ri tanya apa Mu Gyul masih ingat dengannya. Tapi Mu Gyul lupa dan langsung memeluk Mae Ri. Selesai memeluk Mae Ri, Mu Gyul tersenyum manis dan pergi meninggalkan Mae Ri yang masih terkejut di peluk Mu Gyul.
Mae Ri merasa ada yang salah. Dia pun mengikuti Mu Gyul lagi. Samapi di lorong gang, Mae Ri melihat Mu Gyul bersama dengan seorang wanita. Wanita itu marah-marah pada Mu Gyul, sedangkan Mu Gyul menguap dengan santai di depan wanita itu. Wanita itu langsung menampar Mu Gyul. Mae Ri kaget melihatnya. Mu Gyul pergi begitu saja. “Dia membuat wanita itu menangis. Aku rasa dia bukan pria yang baik. Seperti nya dia memang mampu menyeret (memeras) kami” kata Mae Ri menduga.
“Hmm.. bertemu dengan wanita lain setelah putus dengan seseorang. Dia pasti seorang playboy yang handal. Apa dia piker dia yang terbaik? Ini pasti ada yang mencurigakan dengan pria itu. Jika aku tidak dapat menghadapi ini dengan baik, maka konsekuensinya akan sangat besar” kata Mae Ri yang melihat Mu Gyul bertemu dengan seorang wanita di cafĂ©.
Wanita itu menyuruh Mu Gyul untuk membuat suatu gerakan untuk debutnya. “Sejak kapan ada band seperti itu?” cemooh Mu Gyul. Wanita itu mengatakan Mu Gyul tidak akan sukses dengan teman band nya. “Cukup. Jika bukan dengan band ku dan dengan music yang ingin ku mainkan, maka aku tidak akan melakukannya” kata Mu Gyul tegas. Wanita itu mengatakan Mu Gyul sangat tidak realistis. “Lakukan apa yang aku katakan. Tapi jika kau ingin memutuskan kontrak kita, maka kita bisa ke pengadilan. Kau akan membayar 3kali lipat” ancam wanita itu sambil menunjukkan surat kontraknya. Mu Gyul mengambil surat itu perlahan dan merobeknya. Jelas wanita itu sangat marah dan berteriak hingga pengunjung lain melihat mereka.
Mu Gyul langsung memberiak amplop pada wanita itu. Wanita itu terkejut melihat isisnya uang. Mu Gyul bilang dia tidak mau berdebat lagi dan minta wanita itu membaiarkannya pergi. “Kau tidak tau sebanyak apa aku berinvestasi untukmu” kata wanita itu. Mu Gyul bilang hanya itu yang dia punya. Perlahan wanita itu pun menyeringai. Wanita itu mengatakan Mu Gyul bukan type pendengar yang baik sehingga membuatnya susah untuk bekerja sama. Mu Gyul mengambil amplop tadi. Wanita itu langsung menahannya, takut Mu Gyul mengambil uang nya lagi. Tapi Mu Gyul memaksa dan mengambil 5000 won dan menyuruh wanita itu untuk pergi. Wanita itu pun pergi dengan tersenyum.
Setelah wanita itu pergi, Mae Ri langsung lari mendekati meja Mu Gyul. Mae Ri langsung duduk dan mengenalkan bahwa dia adalah salah satu fans Mu Gyul. Mae Ri minta Mu Gyul memberikan tanda tangannya. Dengan malas Mu Gyul memberikan tanda tangannya yang besar dan tanya siapa nama Mae Ri. Dengan syok Mae Ri menyebutkan nama nya. Mae Ri membalikkan kertasnya dan minta Mu Gyul hanya memberikan tanda tangannya saja di pojok bawah. Mu Gyul mengikuti permintaan Mae Ri. Setelah selesai tanda tangan, Mu Gyul ingin memeluk Mae Ri. Tapi Mae Ri langsung menolaknya. Mae Ri langsung mengucapkan terima kasih dan Mu Gyul heran melihat sikap Mae Ri.
Mae Ri langsung duduk di depan café. Mae Ri menuliskan Surat Pernyataan di kertas yang tadi di tanda tangani oleh Mu Gyul. Mae Ri menjelaskna kejadian tabrakan itu dan tiba-tiba Mu Gyul ada di atas melihat tulisan Mae Ri. Mu Gyul turun dan mendekati Mae Ri. Kemudian merebut kertas itu dari Mae Ri.
Mu Gyul merebut surat pernyataan tersebut dan minta penjelasan dari Mae Ri. Mae Ri bingung menjelaskan nya. Mae Ri mencoba mengambil surat itu dari tangan Mu Gyul, tapi sayang, dengan santai Mu Gyul hanya mengangkat tangannya. Sehingga membuat Mae Ri berlompat-lompat . Mu Gyul langsung merobek kertas itu. Mae Ri kaget. Setelah merobeknya, Mu Gyul pergi begitu saja. “Kau tidak bisa pergi seperti ini. Bicara lah padaku !” teriak Mae Ri mengikuti Mu Gyul.
Akhirnya Mu Gyul dan Mae Ri pun minum-minum. Mae Ri bertanya lagi keadaan Mu Gyul. Mu Gyul bilang dia baik-baik saja. Mae Ri minta Mu Gyul membuat surat pernyataan. “Aku menolak untuk percaya pada orang selain keluargaku” kata Mae Ri. Mu Gyul ingin menuangkan arak, tapi Mae Ri menolak. “Jika aku minum, aku akan melupakan semuanya” kata Mae Ri. Mu Gyul berkerut dan melototi Mae Ri. Mae Ri mengerti, akhirnya Mae Ri pun ikut minum. Mae Ri minta pada Mu Gyul jika dia mau minum maka Mu Gyul akan membuat surat pernyataan.
Mu Gyul bilang dia tidak pernah menandatangani surat seperti itu lagi. Mae Ri mengerti ini akan lebih sulit dari yang ia bayangkan. Mu Gyul terus minum, Mae Ri tanya apa kau pernah tertipu, Mu Gyul pun mengagguk kan kepala. “Kau minum karna itu?” tanya Mae Ri. Mu Gyul mengangguk, “Aku minum jika hanya dalam bad mood saja” kata Mu Gyul. Mu Gyul ingin menuangkan arak lagi, tapi Mae Ri masih menolaknya. “Ini tidak apa, dia sudah setengah minum, maka hanya perlu beberapa lagi untuk mendapatkan tanda tangannya” kata Mae Ri dalam hati. Mae Ri mengambil botol soju itu dan ingin menuangkannya untuk Mu Gyul yang sedang bad mood.
Mae Ri sudah ingin menuangkannya, tapi di ambil Mu Gyul lagi dan menuangkan ke gelas Mae Ri. Mae Ri pura-pura minum tapi sebenarnya dia membuang arak itu. Mu Gyul melihat nya dan bilang jangan membuang arak itu. “Kau melihatnya?” tanya Mae Ri polos. Mu Gyul pun mengiyakan. “Itu melanggar aturan. Sekarang kau harus minum 2 gelas” kata Mu Gyul. Mae Ri menghelas nafas lagi dan bilang dia mengerti dan akan minum soju itu. Mu Gyul pun tersenyum-senyum melihat Mae Ri minum.
Mae Ri dan Mu Gyul mabuk, mereka jalan sambil bergandengan tangan. Mae Ri masih mengingatkan Mu Gyul tentang surat pernyataan. “Surat pernyataan apa? Kau ini sungguh menganggu” kata Mu Gyul sambil mencubit pipi Mae Ri. “Aiish.. apa kau sudah gila. Suasana hati ku sedang tidak baik” kata Mae Ri melepaskan tangan Mu Gyul. Mu Gyul tanya mengapa suasana hati Mae Ri tidak baik. “Karena kau. Itu karena kau dan juga karna rumahku. Kau tau seberapa lelah aku hari ini?” kata Mae Ri.
Dengan sempoyongan, Mu Gyul memeluk Mae Ri. Mae Ri langsung melepaskan pelukan Mu Gyul dengan mendorong Mu Gyul. Mae Ri terus saja berceloteh tanpa melihat dimana Mu Gyul. Setelah membuka matanya, Mae Ri tidak menemukan Mu Gyul. Mae Ri heran kemana Mu Gyul. Mae Ri sudah lelah dan mabuk, dia pun ingin pulang.
Mae Ri jalan dengan sedikit menunduk, dan tiba-tiba ada bunga di depannya. (sebenernya bukan bunga sih, ini mirip bunga kol kali yah. Hehhe) Mae Ri mengintip sedikit dan melihat wajah Mu Gyul yang tersenyum dengan sangat amat manis. Mae Ri mengambil bunga itu dan sedikit menciumnya. Mu Gyul melihat ada sesuatu di kening Mae Ri. Mu Gyul pun membuka sedikit poni Mae Ri dan melihat ada bekas luka jahitan di kening Mae Ri. Mae Ri langsung menutup luka nya dengan tangannya dan mengatakan itu luka ketika dia kecil.
Mu Gyul ingin melihat luka Mae Ri. Tapi Mae Ri menutupinya dengan tanganya. “Itu pasti menjadi masalah besar untuk para gadis” komentar Mu Gyul. “Hey.. aku tidak punya masalah besar dengan ini. Dan Itu juga bukan alasan mengapa aku punya poni” kata Mae Ri merapikan poninya.
Mu Gyul masih ingin melihat luka Mae Ri. Mae Ri tidak mau, tapi Mu Gyul menyingkirkan tangan Mae Ri dan melihat kembali luka Mae Ri. “Wow.. luka ini sangat indah. Seperti luka Harry Potter” kata Mu Gyul. “Harry Potter apa?” keluh Mae Ri. Mu Gyul langsung mencium luka Mae Ri dengan lembut. Mae Ri seperti orang linglung sambil memegangi luka nya. Setelah itu Mu Gyul seperti biasa, langsung pergi begitu saja. Mae Ri masih tersenyum-senyum sendiri. “Ahh.. jiwa nya bener-benar sangat bebas.” Kata Mae Ri.
Mae Ri jalan lagi dan tidak melihat Mu Gyul. “Ahh.. kemana dia pergi? Dia membuat jantungku berdetak dengan cepat dan sekarang dia tiba-tiba menghilang” kata Mae Ri sendiri. Mae Ri melihat tikungan jalan dan melihat Mu Gyul yang duduk di pinggir jalan itu. “Ahh.. dia seperti kucing jalanan” komentar Mae Ri. Mae Ri mendekat dan tanya apa yang di lakukan Mu Gyul di pinggir jalan ini.
Tapi tak ada jawaban dari Mu Gyul. Mae Ri mencoba membangunkan Mu Gyul, tapi Mu Gyul tak juga bangun. Akhirnya Mae Ri duduk di sebelah Mu Gyul. “Aku sangat lelah. Hari ini seperti sudah melewati 3 hari saja. Aku rasa aku akan mati juga” kata Mae Ri bicara sendiri. Perlahan Mae Ri bersandar pada Mu Gyul dan tertidur.
Pagi hari nya. Mae Ri sudah bangun, dia merasa kedinginan dan merasa kepalanya sangat sakit. Mae Ri lupa apa yang terjadi semalam. Mae Ri melihat bunga kol yang sudah layu dan terkejut. Mae Ri juga melihat gitar milik Mu Gyul. Mae Ri menghela nafas. Mae Ri membuka tas gitar itu dan melihat ada sebuah foto seorang wanita di sana. Mae Ri merasa wanita itu lebih tua dari Mu Gyul. “Yaah.. dia benar-benar dikelilingi banyak gadis” kata Mae Ri
“Apa dia sampai ke rumah dengan selamat? Bagaimana sekarang aku mengembalikan ini padanya? Kemarin aku minum dan aku tidak mendapatkan informasi mengenai dia. Dia pasti baik-baik saja bukan? Ahh.. aku tidak tau. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan.” Kata Mae Ri merebahkan tubuhnya lagi. Mae Ri mengambil ponselnya. Mae Ri langsung terkejut. Tanpa mandi Mae Ri keluar. Setelah Mae Ri keluar, tiba-tiba dari selimut Mae Ri yang lain ada Mu Gyul yang sedang lelap tertidur.
Mae Ri sedang mengepel. Bos nya datang dan Mae Ri menyapanya. Bos nya meinta Mae Ri ke ruangannya sebentar. “Nona Wi. Kau tidak melakukan hal yang salah. Hanya saja keadaan perusahaan sedang tidak dalam kondisi yang baik. Aku tidak dapat melepaskan karyawan lain. Lalu apa yang bisa aku lakukan? Kau harus meninggalkan perusahaan ini nona Wi” kata bos Mae Ri, Mae Ri sampai di rumah denga gontai. Mae Ri duduk dan mulai menghitung sambil memejamkan matanya.
Setelah di hitungan sepuluh, keadaan Mae Ri membaik. Mae Ri membuka matanya dan tersenyum kembali. “Tidak apa. Bayarannya kecil dan aku hanya melakukan pekerjaan kecil. Aku akan menemukan pekerjaan yang lain” kata Mae Ri sambil melepaskan syal tebalnya. Mae Ri mulai menyalakan tv nya dan menonton drama. Mae Ri membuka kaus kaki nya dan merasa bau. Sambil membuka jaket nya Mae Ri mendekat ke kamar mandi.
Ketika sudah di depan pintu kamar mandi, tiba-tiba pintu terbuka dan muncul lah Mu Gyul. Mae Ri sangat terkejut. Sementara itu, Mu Gyul tersenyum dengan anggun dan merapikan rambut basahnya. Mu Gyul tanya apa Mae Ri punya pengering rambut?. Mae Ri masih terpesona melihat Mu Gyul. Setelah beberapa saat, Mae Ri bisa menguasai dirinya dan merapikan jaketnya lagi. Mae Ri tanya apa yang di lakukan Mu Gyul di rumahnya.
Mae Ri tanya bagaimana Mu Gyul menemukan rumahnya. Mu Gyul mengatakan mereka datang bersama. Mae Ri kaget. “Kau tidur di jalan dank au bilang kau harus pulang ke rumah jadi aku membawa mu” kata Mu Gyul. Mae Ri berfikir sejenak dan mengatakan seharusnya Mu Gyul pergi setelah mengantarkan Mae Ri pulang. Mu Gyul bilang dia juga lelah. “Kau seharusnya pergi setelah bangun, mengapa kau masih disini?” tanya Mae Ri. Mu Gyul bilang dia baru saja bangun. Mae Ri hilang akal sudah.
“Bagaiaman tidak ada pengering rambut di rumah seorang gadis?” tanya Mu Gyul. “Jam berapa kau bangun. Kau masih muda, apa kau tidak bekerja?” tanya Mae Ri. “Aku tidak punya pertunjukkan hari ini” jawab Mu Gyul. Mae Ri sudah tidak ingin berdebat lagi dan segera mengusir Mu Gyul. “Hey.. rambut ku belum kering” kata Mu Gyul. Mae Ri tidak menghiraukan Mu Gyul dan segera memberikan gitar Mu Gyul. “Seseorang sudah punya pacar tidak boleh bersikap seperti ini” kata Mae Ri. Mu Gyul bingung, “Pacar?” tanyanya. Mae Ri bilang dia melihat foto di dalam tas gitar Mu Gyul sambil memberikan jaket Mu Gyul.
“Ahh,, So Young?” tanya Mu Gyul. Mae Ri tanya mengapa Mu Gyul tidak pergi saja ke dia. Mae Ri langsung mendorong-dorong Mu Gyul keluar. “Ahhh…” teriak Mu Gyul kesakitan. Mae Ri tanya kenapa. Mu Gyul menunjukkan ada luka bengkak di punggungnya. Mae Ri tanya apa itu karna kecelakaan kemarin. Mu Gyul pun mengira seperti itu. “Benarkah?” tanya Mae Ri. Mae Ri pun menghela nafas lagi.
Mae Ri mengoleskan salep pada luka Mu Gyul. “Haruskah kita ke rumah sakit?” tanya Mae Ri. Mu Gyul bilang tidak perlu. Mae Ri merasa lega tapi dalam hati dia menggerutu, “jika kau ke rumah sakit maka kau pasti penakut karena ini”. Mae Ri tidak sengaja menekan luka Mu Gyul. Mu Gyul pun teriak kesakitan. Mu Gyul minta Mae Ri mengoleskannya pelan-palan. Mae Ri mengerti. “Haaah.. aku tau ini akan terjadi. Seharusnya aku mendapatkan surat pernyataan itu kemarin. Bagaimana jika dia melaporkan ku? Siapa sebenarnya dia?” kata Mae Ri dalam hati.
Mu Gyul tanya berapa umur Mae Ri. Mae Ri jawab 24tahun. “Waah.. kita seumuran” kata Mu Gyul. “Apa?! Si brengsek ini.. Aku sudah menggunakan bahasa yang formal padanya, tapi dia bicara di depanku dengan santai dari tadi.
“Berhentilah bicara formal” kata Mu Gyul. “Aku tidak bisa bicara dengan informal pada orang yang kurasa kurang nyaman” kata Mae Ri. “Kau merasa tak nyaman?” tanya Mu Gyul. “Haam.. situasi ini membuat kita ketika nyaman satu sama lain” kata Mae Ri. “Siapa namamu?” tanya Mu Gyul. “Wi Mae Ri” jawab Mae Ri. “Mae Ri? Marry Christmas?” tanya Mu Gyul. Mae Ri tersenyum tak senang. “Aku sangat tidak menyukai itu. Itu adalah nama panggilan ku sewaktu sekolah” kata Mae Ri.
“Boleh kan aku tau sampai kapan kau berencana akan tinggal disini?” tanya Mae Ri. “Aku akan pergi sekarang” kata Mu Gyul bĂŞte. “Benarkah?” tanya Mae Ri senang. “Terima kasih. Terima kasih” kata Mae Ri sambil membantu membangunkan Mu Gyul. Tapi baru bangun sedikit Mu Gyul teriak kesakitan. “Kenapa? Dimana lagi yang sakit?” tanya Mae Ri lemas. “Di pinggul ku” kata Mu Gyul sambil menunjukkan pinggulnya. Mae Ri sudah pasrah saja. Mu Gyul berbaring lagi sambil nonton tv.
Mae Ri menelv Ji Hye. Mae Ri minta bantuan untuk menghadapi Mu Gyul. Tapi Ji Hye menyerahkan semuanya pada Mae Ri. Ji Hye tidak mau membantu Mae Ri, karna Mae Ri sendiri lah yang menyetir mobil saat kecelakaan itu. Mae Ri pun tidak bisa bicara apa-apa lagi. Mae Ri bingung harus bagaimana. Dia pun memelih tidur di lantai saja. Tapi Mae Ri tidak bisa tidur karna suara dari luar kamarnya.
“Wi Dae Han.. Lebih baik kau berhenti di situ” panggil 2 orang rentenir. Ayah Mae Ri langsung lari. 2 orang renternir itu pun mengejar ayah Mae Ri. Dae Han terus berlari melewati jalan-jalan kecil, menuruni tangga dan akhirnya bisa menyetop taksi. Dae Han berhasil melarikan diri. Ketika sudah merasa aman, Dae Han menhela nafas dan langsung melihat argo taksi. Dae Han melihat isi dompetnya dan langusung menyuruh sopir nya untuk berhenti. Dae Han turun di jembatan dan merasa sangat frustasi.
Dae Han ingin mengakhiri hidup nya dengan cara menyebrang jalan tanpa melihat. Percobaan pertama Dae Han gagal ketika mendengar suara klakson. Dae Han mencoba nya lagi. Dengan sedikit mengintip, Dae Han berdiri d tengah jalan. Tidak terjadi apa. Dae Han pun membuka mata nya dan melihat sudah ada antrian mobil juga ada seorang laki-laki yang menghampiri dan memarahinya. Dae Han malah minta maaf. Usaha bunuh diri Dae Han tidak sampai di situ saja. Dae Han coba menaiki pembatas jembatan dan ingin menenggelamkan dirinya ke sungai. Tapi belum berhasil menaiki pembatas sungai, Dae Han sudah takut melihat ke bawah. Akhirnya Dae Han pun mengurungkan niatnya.
Mae Ri sibuk melihat Koran dan menlv satu persatu untuk lowongan kerja. Mae Ri mencoret lagi di Koran. Mae Ri sudah lelah. “Mengapa sangat susah sekali?” tanya Mae Ri. Mae Ri bersandar dan menutup mata. “Dia baru bangun” kata Mae Ri sambil tetap menutup mata. Pas sekali dengan Mu Gyul yang baru bangun tidur. “Ke kamar mandi” kata Mae Ri. “Oh, seperti ke dapur.. Mengisi panci dengan air.. meletakkan nya di kompor.. Membuka ramen.. “ lanjut Mae Ri. “Ramen? Oh ramen terakhirku” kata Mae Ri mulai sadar.
Mu Gyul mulai makan mie nya. Dan Mae Ri duduk di depan nya dengan lesu. Mu Gyul tanya kapan Mae Ri pindahan. Mae Ri jawab dia bukan nya baru pindahan. “Jadi renternir baru mengambilnya?” tanya Mu Gyul. Mae Ri bingung knp Mu Gyul tau, lalu Mae Ri baru sadar buku nya dijadikan tatakan mie. Mu Gyul menebak Mae Ri meninggalkan kan kuliah pasti karena masalah uang kuliah. Mae Ri bingung lagi mengapa Mu Gyul bisa tau. “Karena aku melakukan hal yang sama” kata Mu Gyul santai.
Mu Gyul menawarkan mie nya, tapi Mae Ri enggan dan akhirnya meolak. Tapi Mae Ri tidak rela begitu saja saat Mu Gyl mau makan mie nya lagi, Mae Ri pun langsung mengambil sumpit Mu Gyul. Mu Gyul tanya apa Mae Ri tidak punya Kimchi. “Bagaimana aku bisa ada Kimchi? Aku tidak punya lemari es” jawab Mae Ri. Mu Gyul langsung ambil sumpit nya lagi dan mengambil banyak mie hanya dengan sekali suap. Mae Ri bilang Mu Gyul melanggar aturan dengan mengambil mie begitu banyak hanya dengan sekali saja.
Mae Ri langsung ambil sendok dan merebut pancinya, membuat Mu Gyul tersedak. Mae Ri bilang ini gilirannya, tapi Mu Gyul tak mau kalah, dia bilang dial ah yang membuatnya. Mae Ri menguluh itu tidak adil dan tetap mempertahankan pancinya.
Mae Ri memncuci panic dan mengeluh mengapa Mu Gyul hanya ada di rumah. “Dengar, Tuan penghuni sementara. Kau tau Musim panas akan segera berakhir. Dan musim dingin akan segera datang, apa kau tidak menyiapkan nya?” tanya Mae Ri. Tak ada tanggapan dari Mu Gyul. Dengan kesal Mae Ri menghampiri Mu Gyul yang sedang main gitar.
Mae Ri menunjukkan foto Mu Gyul saat manggung, itu menunjukkan Mu Gyul baik-baik saja. Mu Gyul menunjuk pinggulnya yang sakit. Mae Ri bilang itu hanya berwarna biru saja. Mu Gyul terdiam dan terlihat kesal. “Apa kau marah? Aku minta maaf. Bukan nya aku tidak percaya padamu, tapi lihatlah dirimu sendiri. Kau terlihat baik-baik saja” kata Mae Ri sambil menunjukkan foto Mu Gyul. “Aku baik-baik saja. Aku akan pergi sekarang” kata Mu Gyul bete.
“Apa kau benar merasa sudah baik? Kau benar akan pergi?” tanya Mae Ri. “Aku punya pertunjukkan hari ini” kata Mu Gyul. Mae Ri benar-benar merasa gembira dan mengucapkan terima kasih. Mu Gyul memasukkan gitarnya k etas gitar. Mae Ri mengambil kertas dan minta Mu Gyul menandatangani surat pernyataan. Dengan santai Mu Gyul menandatangani nya. Mae Ri mengucapkan terima kasih. Mu Gyul berbalik dengan tampang yang sangat sangat bete dan mengucapkan Marry Christmas. Mae Ri mengangkat tanganya dan mengucapkan selamat tahun baru. Mae Ri benar-benar merasa semua sudah berakhir dengan baik.
Mu Gyul bersama teman band nya sudah di tempat seharusnya mereka ada pertunjukkan. Tapi tempat itu malah tutup. Teman band Mu Gyul sangat kesal. Sementara Mu Gyul sendiri malah asik dengan rambutnya. “Kita tidak apa-apa, tapi bagaimana dengan Mu Gyul. Tidak ada pertunujukkan dan itu artinya dia mendapatkan kotrak palsu” kata salah satu temannya. Mu Gyul diam saja dan tetap asik dengan rambutnya. “Sepertinya dia tidak bisa tidur disana dan dia akan seperti belalang” lanjut temannya itu. Ketiga temannya itu masih rebut bicara tentang dimana Mu Gyul akan tidur, tapi tak lama itu banyak para gadis yang berdatangan untuk minta tanda tangan Mu Gyul. Dengan santai Mu Gyul memberikan tanda tangannya. Ketiga temannya langsung menyender ke tembok dan bergaya sedikit. Tapi tak ada yang menghiraukan ketiganya.
Jung In, Jung Suk dan rombongannya tiba di Korea. Jung In tanya pada ayahnya apa ada tempat khusus yang ingin di kunjungi setelah pergi 20 tahun. Jung Suk seperti memikirkannya. Jung In membukakan pintu untuk ayahnya. Jung Suk memastikan apa Jung In akan pergi ke kantor Chung Dam Dong terlebih dahulu. Jung In mengiyakan. Jung Suk juga mengingatkan Jung In agar bersiap karana ayahnya berencana akan mengundang Tuan Song untuk makan malam mengenai perjodohan Jung In dan calonnya. Jung In mengiyakan.
Setelah mobil ayahnya pergi, Jung In menghela nafas dan mengendurkan dasinya. Jemputan untuk Jung In pun sudah tiba. “Kau berumur 6 tahun ketikka meninggalkan korea bukan. Berati sekarang kau kembali setelah 20tahun bukan?” tanya supirnya. Jung In memotong dan langsung meminta profile yang ia minta. Supirnya pun memberikan dokumen yang Jung In minta. Supirnya mengatakan itu sudah di siapkan oleh departemen perencanaan. Jung In mengucapkan terima kasih. Jung In melihat beberapa profile dan berhenti ketika melihat profile Seo Joon.
Jung Suk dan pengawalnya pergi ke pemakaman dengan membawa bunga. Jung Suk sudah akan sampai di altar, tapi melihat sesuatu. Ternyata ada ayah Mae Ri yang berhasil di tangkap oleh rentenir. Jung Suk terdiam, seperti mengenalinya. Dae Han di pukuli habis-habisan. Tiba-tiba datang lah 2 orang yang membantu Dae Han. Rentenir itu coba melawan 2 orang yang membantu Dae Han tapi ilmu bela diri mereka masih kalah. Rentenir itu bilang pada Dae Han semua belum berakhir. Dae Han maju dan mengatakn tidak seperti yang mereka pikirkan. Rentenir itu ingin memukul Dae Han, tapi 2 orang yang membantu Dae Han langsung maju akhirnya rentenir itu ga jadi mukul Dae Han dan mereka pun akhirnya pergi.
Dae Han mengucapkan terima kasih dan 2 orang itu pun membukuk. Ternyata di belakang Dae Han muncul Jung Suk. Ternyata 2 orang tadi adalah pengawal Jung Suk, dan mereka membungkuk karna ada Jung Suk. “Dae Han ahh..” panggil Jung Suk. Dae Han memerlkan waktu untuk mengenali Jung Suk. Akhirnya Dae Han mengenali Jung Suk dan langsung memeluknya. Dae Han tidak menyangka bisa betemu dengan Jung Suk.
Mae Ri sedang menunggu bis sambil melihat Koran loeongan kerja dengan lesu. Dengan kesal Mae Ri meninggalkan korannya di kursi dan naik ke bis. Mae Ri mengeluarkan dompetnya. Ternyata uang dalam kartu nya tidak cukup. Mae Ri cari uang tunai di dompetnya. “Apa kau akan naik?” tanya sopir. Mae Ri batal naik bis dan keluar bis. Mae Ri terus berjalan hingga samapi di rumah. Dengan kaki yang sakit, Mae Ri menaiki tangga. Mae Ri jalan dengan mengendap-endap.
Mae Ri melihat tulisan di pintu dan terlihat sedih. Mae Ri masuk dan membiarkan surat di depan pintu nya berserakan begitu saja. Dari tangga, ada seorang wanita datang. Mae Ri langsung menutup pintu dan menguncinya. “Kau mau main petak umpet denganku? Sampai kapan kau akan menghindariku? Ini bukan hanya tentang pembayaran mu yang telat tapi juga para penagih hutang yang sangat berisik. Ahh,, aku sudah tak tahan lagi. Cepat pindah sesegera mungkin” teriak wanita itu.
Mae Ri mendengarkan dengan sedih. Mae Ri terduduk di pintu. Mae Ri menarik nafas dan mulai menghitung. Hitungan ke tujuh Mae Ri mulai menangis. Mae Ri menghapus air mata nya dan lanjut menghitung. Hitungan ke sepuluh, Mae Ri menangis lagi dan tetap mengitung. “Ibu.. tahun ini sangat sulit untukku. Aku tidak bisa mengunjungi mu pada hari peringatan mu hari ini. Dan aku tidak tau dimana ayah. Ibu.. apa yang harus aku lakukan pada rumah kita? Bantu aku ibu.. Ibu..” tangis Mae Ri.
Tiba-tiba ada yang memencet bel. Mae Ri mengira itu ayah nya. Mae Ri membuka kunci dan pintunya. Taraaaa… it’s Mu Gyul. “Marry Christmas” kata Mu Gyul langsung masuk sempoyongan. Mae Ri mencium bau alkhohol. Mae Ri langsung menutup pintu. Mu Gyul tanya mengapa Mae Ri menangis. “Siapa yang menangis?” elak Mae Ri sambil menghapus air mata nya.
Mu Gyul langsung menjatuhkan kotak yang dibawanya dan meletakkan tas gitarnya. Mu Gyul langsung duduk dan mengambil selimut. Mae Ri tanya mengapa Mu Gyul datang lagi. “Biarkan aku tinggal disini untuk beberapa hari” kata Mu Gyul. “Haah? Apa yang kau katakan?” tanya Mae Ri. Mae Ri mengambil surat pernyataan dan mengatakan ancaman Mu Gyul tak akan berhasil lagi karna Mu Gyul sudah menandatangani surat pernyataan itu.
“Zzzz.. Aku tidak mengancam mu.” kata Mu Gyul. Mu Gyul mengeluarkan amplop dan memberikannya pada Mae Ri. Mae Ri membuka amplop itu yang ternyata isi nya uang. Mu Gyul ingin menyewa ruang kosong yang ada di rumah Mae Ri. Mu Gyul bilang disana sangat nyaman. Mae Ri merasa di sindri, Apa nya yang nyaman kata Mae Ri. Mu Gyul bilang Mae Ri seperti saudara perempuannya. Mae Ri tidak percaya apa yang dikatakan Mu Gyul.
“Jangan khawatir, ini tidak akan lebih dari seminggu. Lagi pula aku sudah merasa bosan” kata Mu Gyul. Mae Ri tanya apa maksudnya. “Setelah seminggu, para gadis akan mendatangi ku dan selalu bertanya untuk menikahi mereka. Aku sudah merasa lelah” kata Mu Gyul. “Itu tidak akan terjadi padaku” kata Mae Ri. “Lagi pula jika kau membutuhkan tempat maka kau seharusnya menghampiri gadis itu. Ahh So Young. Cepat bangun” kata Mae Ri.
Mu Gyul masih memeluk selimut Mae Ri. Mae Ri menarik selimut dan menarik tangan Mu Gyul. “Hey.. So Young sudah menemukan pria lain” kata Mu Gyul. Mae Ri memberikan tas gitar pada Mu Gyul. “Walaupun So Young sudah menemukan pria lain…” kata Mae Ri terputus. Ada suara bel. Mae Ri langsung menoleh dan tanya siapa itu. “Mae Ri yaah.. Ini ayah.. Apa ada seseorang di dalam sana?” tanya Dae Han.
“Kau tinggal dengan ayahmu?” tanya Mu Gyul. “Oh apa yang harus ku lakukan?” kata Mae Ri panik. Mae Ri minta ayah nya untuk menunggu. Mae Ri langsung menyeret Mu Gyul. “Lompat” perintah Mae Ri membuka jendela dapur. Mu Gyul tanya apa maksud nya. “Karena ini darurat. cepatlah” kata Mae Ri. Mu Gyul tidak mau karena di luar dingin. Dae Han terus mendesak agar Mae Ri cepat membukakan pintunya. Mae Ri Pun mendorong Mu Gyul ke tempat lain.
Mae Ri membawa Mu Gyul ke kamar mandi dan langsung mendorong Mu Gyul masuk. Mu Gyul dengan sempoyongan masuk dan berputar sebentar. Mae Ri meletakkan surat pernyataannya di lantai kamar mandi dan menyuruh Mu Gyul jangan berisik. Mae Ri merapikan diri dulu baru membukakan pintu.
Dengan cepat Dae Han langsung masuk. Dae Han tanya ada apa. Mae Ri beralasan abis bertengkar dengan penagih hutang di telv. “Apa? Mereka menemukan no ponselmu sekarang? Aigoo… Mae Ri Yah” kata Dae Han panic dan memeluk putrinya. Mae Ri menenangkan ayahnya dan berkata dia tidak apa-apa. “Kau benar. Aku tidak perlu khawatir lagi. Mae Ri Yah Kita bisa melakukannya” kata Dae Han terlihat gembira.
“Apa yang kau bicarakan?” tanya Mae Ri pada ayahnya. “Ayah.. Apa kau melakukannya lagi?” teriak Mae Ri. “Ya. Aku melakukannya lagi dan aku mendapatkan jackpot” jawab Dae Han gembira. Mae Ri memegangi keningnya, menahan kesal. “Kau akan menikah dengan pria kaya dan aku akan membayar semua hutangku. Dan kau akan menjadi wanita kaya” kata Dae Han.
“Apa yang sebenarnya terjadi. Pernikahan apa?” tanya Mae Ri. “Aku akan menutup masalah ini dengan pria kaya dari Jepang. Dan dia ingin kau menikahi anak laki-lakinya” kata Dae Han tanpa basa basi. “Ayah.. apa yang terjadi dengan ini? Kau bicara seperti kita di dalam drama” tanya Mae Ri masih tidak mengerti. “Aku mengatakan kau akan menikah dengan pria kaya. Lagi pula kau kan tidak punya pacar.” Kata Dae Han. Tiba-tiba ada suara. Mae Ri mulai khawatir.
Dae Han berbalik ke kamar mandi. Mae Ri langusng berdiri di depan pintu kamar mandi dan tanya suara apa yang bicarakan ayahnya. Dae Han mendekat dan mengatakan itu suara air. Dae Han menyingkirkan badan Mae Rid an membuka pintu kamar mandi. Mu Gyul baru saja selesai pipis dan mengancingi celana nya. Mae Ri berpaling dan tetap memeluk ayahnya. Dae Han kaget sekali melihat ada laki-laki lain. Mu Gyul langsung melepaskan senyum mautnya.
additional pic :